Tari mabbissu dimainkan oleh enam lelaki yang berdandan seperti layaknya
perempuan dengan pakaian berwarna keemasan dan badik di pinggang.
Tari
Mabbissu adalah tarian bissu yang berarti suci atau kuat. Para
penarinya dipanggil bissu karena tidak haid, tidak berdarah, atau suci.
Dikatakan tidak berdarah karena Bissu ini kebal terhadap senjata tajam,
tidak mampu ditembus oleh keris, parang atau timah panas. Pada setiap
upacara ritual, para Bissu selalu mempertontonkan kesaktian mereka dalam
bentuk tari yang disebut dengan Mabbissu atau Tari Mabbissu.
Tari
Mabbisu ini biasanya diperagakan oleh enam orang Bissu utama yang
dipimpin oleh ketua Bissu. Keenam Bissu tersebut berdandan seperti
layaknya perempuan dengan pakaian berwarna keemasan dan badik di
pinggang. Setelah semua persiapan sudah siap, dengan diiringi tabuhan
gendang yang berirama khas, para penari ini melantunkan alunan mantra
mistis dengan bahasa To Rilangi (bahasa kuno orang Bugis) sambil menari
memutari Arajangnge. Arajangnge adalah suatu benda yang dikeramatkan dan
diyakini sebagai tempat ruh leluhur beristihat. Di depan Arajangnge
itu telah disiapkan berbagai sesaji dari kue-kue tradisional Bugis,
buah-buahan, ayam serta kepala kerbau dan sapi sebagai persembahan
kepada leluhur mereka.
Ketika alunan gendang semakin keras dan
cepat, gerakan para Bissu justru semakin pelan dan mulai mereka
kehilangan kesadaran. Pada saat itu, mereka meyakini jika pada saat itu
roh para leluhur telah masuk ke dalam tubuh mereka. Pada saat itulah
para Bissu mulai memeragakan gerakan maggiri. Mereka melepaskan keris
panjang yang terselip dipinggang, kemudian menusukkannya ke telapak
tangan, perut, dan tenggorokan mereka.
Tujuannya adalah untuk
menguji apakah roh leluhur/dewata yang sakti sudah merasuk ke dalam
diri mereka. Jika mereka kebal, berarti Bissu itu dan roh yang
merasukinya dipercaya dapat memberikan berkat. Sebaliknya, jika badik
itu menembus dan melukai tubuh mereka, berarti yang merasukinya adalah
roh lemah atau bahkan tidak dirasuki roh leluhur sama sekali.
Maggiri’
inilah puncak dari tari mabbissu, dimana para menusuk tubuh mereka
dengan badik. Pada saat gerakan maggiri ini diperagakan, pengunjung
akan takjub dan tercengang-cengang menyaksikan para Bissu itu menusuk
telapak tangan dan leher mereka dengan badik yang runcing dan tajam,
namun tidak meninggalkan bekas luka sedikit pun, meskipun ditekan
berkali-kali dengan sekuat tenaga. Akan tetapi, jika ada persyaratan
dalam tarian ini tidak terpenuhi, maka badik tersebut akan menembus
tubuh mereka.
Sebagian pengunjung yang ikut hadir dalam acara,
tidak saja untuk menyaksikan pagelaran tari yang spektakuler itu,
tetapi ada juga yang datang untuk meminta berkah dari para Bissu
tersebut.
Pagelaran Mabbissu seringkali dilaksanakan di Desa
Assaurajang, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkajene Kepulauan
(Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan. Karena itu bagi Anda yang ingin
menyaksikan tarian ini Anda bisa datang ke desa tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar