gendang makassar memiliki ciri khas tersendiri. Selain bentuknya yang
menyerupai telur, dibuat dari kayu khusus, ukurannya disesuaikan dengan
ukuran badan para penabuh atau pemiliknya. Tak mengherankan jika
pemain atau penabuh gendang di daerah ini juga pandai membuat gendang.
“Gendang Makassar, dibuat dari kayu Campaga dan kulit kambing serta
ukurannya disesuaikan dengan bodi yang memainkan gendang itu,” ujar
lelaki berkumis itu saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Bonto Nompo
Kabupaten Gowa.
Kulit kambing yang digunakan, tutur lelaki yang lebih dikenal dengan Dg
Mile ini, adalah kulit kambing jantan dan betina. Kulit jantan untuk
kepala dan kulit betina untuk pantat gendang. “Bunyi bum dihasilkan dari
kulit jantan sedangkan bunyi tak dihasilkan dari kulit betina yang
tipis. Nah inilah sehingga gendang itu dalam bahasa Makassar disebut
juga ganrang yang juga berarti sebagai hubungan intim suami istri,”.
Kulit kambing yang akan digunakan, dikeringkan terlebih dahulu beberapa
hari agar rambut-rambut yang melekat lepas. Untuk mempermudah saat
pemasangan, kulit kambing direndam dengan air dingin sekitar 2 jam.
Kemudian diikat dengan rotan. Saat ini, papar Dg Mile, memang banyak
gendang yang sudah tidak menggunakan rotan tetapi diganti dengan tasi
namun unsur seninya sudah berkurang.
Para pemimpin sanggar, seperti Dg Mile memiliki gendang khusus untuk
dirinya dan sangat sakral yang disebut pa’tabba. Gendang itu, terang
lelaki yang pernah memimpin pakarena di Gedung putih Amerika Serikat,
adalah salah satu kebesaran dan kebanggaan bagi pemilik atau sanggarnya.
“Gendang itu kalompoang jadi tidak bisa dimainkan oleh orang yang di
luar sanggar,” terangnya.
Dari segi ukuran dan kegunaannya, Gendang Makassar dibedakan atas dua
macam, yaitu gendang besar dan gendang kecil. Gendang besar dimainkan
pada acara ritual seperti pengantin dan mengiringi tari Pakarena.
Sedangkan gendang kecil khusus dimainkan untuk mengiringi pencak silat.
Selain itu gendang dimainkan pada saat passili, potong rambut
(hakikah), mappaccing, sunatan, menjemput tamu pada saat pengantin atau
mengantar pengantin laki-laki (mapparola/ lekka).
Tidak semua orang Makassar yang mengambil dan mempertunjukkan kesenian
gendang pada acara pestanya, namun ada juga orang yang ketika tidak
mempertunjukkan gendang saat pestanya bisa sakit. Hal ini disebabkan
gendang memiliki hubungan emosional yang sekaligus menjadi hubungan
kepercayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar