Blogger news

Kamis, 30 Agustus 2012

Pembina

Generasi pelanjut dari Sanggar Seni Budaya Ambarala  adalah Andi Alfiah Patekke Tana, S.Pd, seorang guru SMP Negeri  yang lahir di kabupaten Pangkep pada tanggal 27 juni 1973, yang tak lain keponakan dari pendiri Almh Hj. Andi Fatimah dan putri  pertama Andi Muhammad Sjahrir Ali Amir. Darah seni yang mengalir dari keduanya, melahirkan pemimpin baru yang terus berinovasi dan berkarya dalam mengembangkan, menjaga serta melestarikan seni budaya tradisional yang ada di Sulawesi Selatan.

Pendiri/Pembina

Sebelum namanya berubah menjadi Sanggar Seni Budaya Ambarala pada tanggal 23 Mei 1985 adalah IKS Cabang Pangkep yang didirikan pada tanggal 5 Nofember 1966 oleh pendiri sekaligus pembina Almh. Hj.Andi Fatimah Pantjai Tana Ali Amir atau akrab disapa Puang Jai lahir di Kabupaten Bantaeng pada tanggal 23 Mei 1942, adalah Pensiunan Penilik Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Pangkep
dan yang ikut berperan mendampingi almarhumah kala itu adalah adik kandung dari almarhumah Puang Jai' adalah Andi Muhammad Sjahrir Ali Amir atau Puang Cali yang lahir di Balangnipa Kabupaten Sinjai pada tanggal 15 Desember 1947 yang juga seorang Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan anggota DPRD Pangkep periode tahun 1992-1997 dan periode tahun 1999-2004. Kedua kakak beradik ini adalah pendiri sekaligus pembina yang kala itu senantiasa mencurahkan segenap kemampuan dan cintanya terhadap perkembangan dan pelestarian seni budaya di kabupaten Pangkep

Selasa, 15 Mei 2012

Sendra tari Topeng Emas (To Manurunga ri Nitu)



Persembahan seni ini dikemas dalam bentuk sendra tari yang merupakan gambaran akan kisah sejarah di masa lampau Tomanurung dari kerajaan yang pernah tumbuh dan berkembang di kabupaten Pangkep yakni Kerajaan Siang.. Keberadaan benda-benda sakral pada jaman itu yakni: sebuah Cinde (bendera) dan Patongko rupa bulaeng (topeng emas) menjadi ciri dalam sendra tari ini. Dan Sendra tari ini adalah merupakan karya almarhumah ibu Hj Andi Djai yang pada tahun 2007 di kemas ulang oleh Andi Alfiah Patekke Tana.

Jumat, 04 Mei 2012

Alat Musik gong

Gong adalah  sebuah intrument atau alat musik yang digunakan sebagai pengatur tempo pada saat permainan musik. Alat musik ini di mainkan dengan cara di pukul.

Alat Musik Gendang Makassar

gendang makassar memiliki ciri khas tersendiri. Selain bentuknya yang menyerupai telur, dibuat dari kayu khusus, ukurannya disesuaikan dengan ukuran badan para penabuh atau pemiliknya. Tak mengherankan jika pemain atau penabuh gendang di daerah ini juga pandai membuat gendang.

“Gendang Makassar, dibuat dari kayu Campaga dan kulit kambing serta ukurannya disesuaikan dengan bodi yang memainkan gendang itu,” ujar lelaki berkumis itu saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Bonto Nompo Kabupaten Gowa.

Tari paraga

Paraga sebagai aktualisasi a’rannu-rannu/ bersenang-senang /bermain-main, merupakan kegiatan yang   dilakukan ketika waktu senggang, pengejawantahan dari aktualisasi ini mengiring tari ma’raga kemudian menjadi, tradisi ritual bagi masyarakat budaya. Adapun ma’raga  dengan atraksi  estetika dan penguatan ritual menyebabkan kegiatan ini menjadi tradisi yang tercampuri dengan ritual (pada prosesi awal). Kemudian atraksi ini digelar untuk menyambut tamu.

Tari Mabbissu

Tari mabbissu dimainkan oleh enam lelaki yang berdandan seperti layaknya perempuan  dengan pakaian berwarna keemasan dan badik di pinggang.

Tari Mabbissu  adalah tarian bissu yang berarti suci atau kuat. Para penarinya dipanggil bissu karena tidak haid, tidak berdarah, atau suci. Dikatakan tidak berdarah karena Bissu ini kebal terhadap senjata tajam, tidak mampu ditembus oleh keris, parang atau timah panas. Pada setiap upacara ritual, para Bissu selalu mempertontonkan kesaktian mereka dalam bentuk tari yang disebut dengan Mabbissu atau Tari Mabbissu.

Tari Pakarena

Tari Pakarena merupakan kesenian Tradisional yang berkembang di Gowa, Sulawesi Selatan, tarian ini sering dipertontonkan pada acara khusus.
Asal-usul tarian Pakarena sendiri berasal dari kisah mitos perpisahan penghuni boting langit(negara kahyangan) dengan penghuni lino(bumi) pada zaman dahulu. Sebelum detik-detik perpisahan, boting langit mengajarkan penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternakhingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan dan kaki.
Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual saat penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada penghuni boting langit.

Ganrang bulo

Gandrang Bulo, atau bahasa okkotsnya Ganrang Bulo (entah yang mana yang okkots) merupakan kesenian rakyat asli Makassar yang menggabungkan unsur musik, tarian dan dialog kritis nan kocak. Bagi para senimannya, panggung menjadi tempat berkisah mengenai masalah hidup mereka sehari-hari. Tak jarang kisah-kisah humor mereka bawakan, diselingi dengan celetukan-celetukan kritis dan gerak tubuh yang membuat penonton tertawa lepas. Sasaran guyonan mereka pun tak pandang bulu, mulai dari pejabat pemerintah, tentara, dokter, sampai kepala desanya. Demikian juga tema-tema yang diangkat mulai dari politik hingga berbagai peristiwa yang mereka alami sehari-hari.

Tari paduppa

Tari Paduppa merupakan tari tradisional bugis yang ditujukan untuk memberikan sambutan kepada tamu atau pejabat yang hadir dalam suatu acara. Tarian ini bawakan oleh 7 orang  siswi kelas satu saat acara wisuda siswa angkatan XIV pada hari  Kamis tanggal 24 Juni 2010. Wisuda ini dihadiri oleh Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Asisten II Bupati Kabupaten Bone, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bone, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bone, Kapolsek Tanete Riattang dan muspida lainnya.

Rampak gendang child


Rampak Gendang Baine


Jika rampak gendang kebanyakan dibawakan oleh pria maka di kabupaten Pangkep, rampak gendang dengan berani dibawakan oleh kelompok ibu-ibu yang memiliki kemampuan menari, bermain musik. Karya musik kreasi yang di kemas dalam seni pertunjukan ini dipadu dengan gerak jenaka, kesamaan gerak, dan tabuhan yang menjadi simbol sikap akan kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Kabupaten Pangkep.

Tari A'bulo Sibatang


Tarian ini merupakan cermin keanekaragaman budaya yang hidup di Sulawesi yang walaupun berbeda-beda namun tetap satu adanya. Budaya dari etnis Makassar, etnis Bugis, etnis Toraja dan Mandar ini digambarkan dalam sebuah tarian yang dikemas sebagai ciri akan persatuan yang kokoh dan keragaman budaya di Sulawesi (A’bulo Sibatang).

I Cenning

Merupakan karya tari Andi Alfiah Patekke Tana yang diciptakan pada tanggal 23 Nofember 2006 yang dikemas dalam bentuk operet anak. Meski diciptakan dalam nuansa modern namun tidak meninggalkan nilai-nilai tradisional. Pada khususnya Operet ini memiliki pesan moral yang dalam bagi-bagi anak-anak, dimana penggambaran akan sifat yang tulus akan memperoleh balasan yang baik dan sifat jahat memperoleh ganjarannya yang setimpal pula.

Tari Mappalesso Ja'jareng (dalam Tradisi Mappangempang)

Tarian karya Andi Alfiah Patekke Tana ini adalah merupakan karya tari yang menggambarkan prosesi ritual yang dilaksanakan oleh petani tambak sebelum menebar bibit atau setelah memanen hasil tambak. Pada tahun 2007 tarian ini pernah memperoleh penghargaan sebagai koreografer pada Temu Karya Tari yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sul-Sel.

Tari Pacce'la

Adalah tarian karya almarhumah Hj. Andi Djai, yang diciptakan pada tahun 1967. Tarian ini pernah memperoleh penghargaan dari pemerintah Sulawesi Selatan dan mendapat kepercayaan untuk dibawakan secara massal pada suatu event akbar di kota Ujung Pandang . Tari Pacce’la ini menggambarkan sosok petani garam di kabupaten Pangkep yang dengan penuh ketekunan dan kesabaran mengolah pengkristalan air asin menjadi butiran-butiran garam.

SELAYANG PANDANG

Sanggar Karya Seni Budaya Ambarala yang sebelumnya adalah IKS (Ikatan Kesenian Sulawesi) yang didirikan oleh ibu DR. Dra. Hj. Andi Nurhani Sapada pada tahun 1960. Dan pada tahun 1966 terbentuk pula IKS Cabang Pangkep bersamaan dengan terbentuknya IKS Cabang diseluruh Kabupaten Dati II di Sul-Sel. IKS Cabang Pangkep kala itu di ketuai oleh Hj. Andi Welly Arsyad. B, yang sekaligus sebagai Pembina. Dan ibu Hj. Andi Fatimah Ali Amir yang akrab dikenal dengan nama ibu Andi Djai sebagai pelatih dan peñata tari, baik tari tradisional Sul-Sel maupun tari kreasi baru, dimana pengembangan kesenian tradisional dan kreasi baru ketika itu dilakukan dirumah kediaman almarhumah di jl. Ambarala kel. Tumampua kec. Pangkajene. beberapa event-event dalam pentas kesenian baik yang di daerah maupun tingkat nasional dan beberapa penghargaan dan piagam diraih, khususnya penghargaan kepada ibu Hj. Andi Djai sebagai Pembina Kesenian
Karena mengalami proses kesibukan dan kegiatan-kegiatan yang oleh masing-masing anggota maupun Pembina tari dan musik IKS Cab. Pangkep mengalami pasang surut sehingga IKS Cab. Pangkep-pun berakhir secara alami.
Oleh karena ibu Hj. Andi Djai sebagai seniwati tak berkeinginan kesenian tradisional maupun kreasinya pudar dan tak berkembang maka pada tahun 1985 oleh beliau didirikan sebuah Sanggar Seni yang diberi nama Sanggar Karya Seni Budaya Ambarala yang sekaligus sebagai pelestarian nama dan Budaya leluhurnya yakni dari nama La Tenri Tatta To Sanrima Petta Ambarala Matinroe ri Tumampue. Yang mana “Ritual Massuro’ baca” untuk leluhur sebelum pementasan seni tidak pernah dilewatkan oleh pendiri dengan harapan agar pementasan seni berlangsung sukses dan tidak mengalami kendala.